Selasa, 28 Oktober 2008

MUSISI MUSIMAN?

Jadi musisi saat ini tidak seindah yang dulu kita bayangkan…dimulai dengan membentuk sebuah band yang solid, menyatukan visi-misi, menciptakan musik yang bagus, mencari produser, rekaman di sebuah label, untuk kemudian menjadi tenar.


Di Era sekarang, menjadi seorang musisi butuh lebih dari sekedar sebuah bakat yang besar sebagai “Modal”, terkadang kita berpikir bahwa kita orang yang beruntung…memiliki orang tua dan dilahirkan di keluarga yang bisa membuat…kita merasakan “bangku kuliahan!!!” yang nyata-nyata meng-upgrade secara luar biasa diri kita dengan wawasan yang lebih luas, proses berpikir yang kritis (sedikit banyak produk pendidikan di negaraku) itu yang kadang membuat kita merasa lebih beruntung dibanding dengan orang kebanyakan di negaraku. Coba kubayangkan teman-teman sebayaku yang pada usia kuliah harus ikut membantu orang tuanya membiayai hidup keluarga,.hmmhmmm Salut buat mereka..!!!

Tapi bukan itu “modal” yang tadi kita maksudkan, tapi modal uang (sesuatu di dunia yang paling kita senangi tp kadang bisa jadi sesuatu yang paling benci,) untuk mem-publish Respito. Apalagi seperti Respito yang bisa dikatakan ter-marginal oleh pasar di negara-ku yang saat ini yang lebih memihak pada karya-karya yang justru menurunkan kualitas musik di negaraku (bukan iri…tapi secara objektif dan dengan sadar para pengamat musik pun menyatakan demikian)

Kalau orang bilang “mau indie apa major?!” itu hal yang abstrak menurut kita…tapi memang pada kenyataanya di negaraku, kalau mau masuk label major, musti bikin musik yang "jualan" parameter jualan itu seperti apa si ? siapa sih yang ga mau musik mereka bisa di jual? ya ga? Masalahnya jualan menurut mereka sekarang ya semuanya tipikal, benar kata rekan saya Rendy Asylum dia bilang bahwa "musik tema cinta itu gak haram..tapi..band2 cinta yg tenar itu sendiri yg memberi kesan cinta itu murah dan dangkal" Jadi intinya bikin lah lagu cinta yang berkualitas.. bener ga?

Tapi mungkin memang seperti itu yang laku…seperti waktu Respito berkunjung di klub ngobrol interaksi hati di Warung Indung, Bandung. Saat itu ada beberapa bahasan yang berkaitan…karena yang menjadi topik adalah…menciptakan sebuah musik yang notabene adalah produk budaya itu menggunakan hati atau mengikuti selera pasar dan terbawa arus pasar?!jika musik adalah produk budaya seharusnya bisa memberi pencerahan bagi orang-orang yang mendengarkannya, lalu apakah musik negaraku saat ini bisa memberi pencerahan?!apa bisa dikatakan sebagai produk budaya? Topik diskusi ini dibuka oleh che cupumanik

Cukup alot dan menyenangkan memang pembahasan malam itu...

Dua tahun belakangan ini musik di Negara kita dihabisi oleh band-band itu…hmm…what a f**k’n band?! suka tidak suka…memang mereka laku keras...hal itu yang tidak bisa dipungkiri. (mencoba untuk positif thingking dengan menyatakan mungkin memang saat ini sedang musimnya) mungkin kita harus bruusaha lebih keras lagi dan tidak melulu menyalahkan orang lain ataupun menyalahkan keadaan.

Pada dasarnya, konsep Respito sendiri adalah “bikin musik yang bagus ” …walaupun terdengar sangat absurd, yang pasti Respito “ga bikin musik musiman”, kita akan terus ber-eksplorasi apapun bentuknya…

Dilemma memang, jikalau mengikuti pasar kita pasti mapan secara finansial, tapi sampah kualitasnya dan terkekang secara batin. Bingung?! Serba salah…musik untuk hidup atau hidup untuk musik?!

Harus diakui di negara kita pengakuan terhadap musisi dan karyanya bisa dikatakan kurang dihargai..jauh berbeda dengan di negara lain yang sangat menghargai musisi untuk mengembangkan karyanya…musisi di negara ini Cuma dipandang dengan sebelah mata, kurang dihargai kejeniusannya secara kualitas, di negara ini yang berlaku adalah “musisi yang jenius adalah musisi yang bisa menggapai pasar!!!” bener ga sih kawan?

………Yang mana yang Jenius?!

…tapi biarlah…ini hanya sebuah tulisan kecil yang menggambarkan perasaan kita saat ini, yang ingin kita bagi dengan kawan-kawan, tulisan ini bukan suatu pembenaran tapi hanya proses mencari kebenaran, mungkin waktu yang bisa menjawabnya, mungkin Tuhan ingin kita belajar lebih banyak, berusaha lebih keras, menatap dunia dengan optimis.…saat ini kita Cuma ingin memainkan musik yang kita suka … kita sedang mencari jalan............................“Jalan menuju surga”

Kemanggisan… 01.33 Wib

Saat Insomnia datang…..



4 komentar:

Rendy Adam Fitriadi mengatakan...

hahaha...musisi jenius adalah musisi yang bisa menggapai pasar.."ga semuanya salah" tp kita bertanya pasar buku yang menyimpan banyak manfaat atau pasar loak yang kebanyakan menyimpan barang (baca;musik) usang...hahaha lagi ah

Anonim mengatakan...

absurd... kalo mau berekspresi ya berekspresi ajah. Lagi ada uang, bikin promo, ngga ada uang mandeg. Tapi yg namanya berekspresi dalam hal bermusiknya jangan sampe mandeg. Mau pasar suka atau ngga suka, tuangkan terus saja, kalo perlu sampe banjir2... nanti kalo udah 'kepepet' juga musik kalian pasti diterima kok sama 'pasar'. Ingat, ada berbagai macam cara to rule the world: demokasi, tirani, dictator, dll.. cobain aja semuanya. Uang boleh ngga ada bung, tapi semangat jangan sampe kendor! Dan yang penting, musik boleh ada yg di-cap bermutu atau ngga bermutu, tapi jangan jadi cetek juga kawan... anggep aja memang perpustakaan musik kita tuh beraneka ragam, lha wong masyarakatnya juga beraneka ragam (tingkat pendidikannya, budaya, ekonosi, sosial, dll) dan respito menambah keragaman perpustakaan musik negeri ini. Yah-yah-yah???

Respito mengatakan...

makasih kawan buat komentarnya :) kita butuh pemikiran2 lain diluar kepala kita saat ini, kita sama sama belajar tentang hidup, bertukar pikiran..dan inilah sebenarnya salah satu alasan mengapa blog ini dibuat...

Kalo masalah berekspresi pasti kita ga akan berhenti, karena musik adalah buah pikiran kita dan pasti akan tetap ada usaha untuk berkarya selama kita masih bernyawa, masih bersemangat untuk berkarya.

Tapi kebayang ga kalo kita udah mencurahkan hati, harta kita buat musik, berhenti dari pekerjaan kita buat bermusik lalu tetap ingin ber-ideaalisme dalam bermusik, sedangkan umur kita terus bertambah, tekanan datang dari sana sini, dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar kita?? kita punya talent besar, menghasilkan banyak karya tapi dikemudian hari ga punya modal lagi untuk membuat karya kita dalam sebuah rekaman yang layak?

bagaimana menurut kawan-kawan?
karena banyak sekali saya temui kawan2 yang mengalami nasib seperti ini...

Mungkinkah kita menyerah pada keadaan? Atau berhenti jadi musisi, lalu masuk dalam "sistem" kerja kantoran, dll ?
Atau mungkin benar jadi musisi juga harus bekerja secara mapan untuk membiayai hidup, membiayai musik kita ? lalu dimanakah letak totalitas ? :)

Anonim mengatakan...

"sistem" dalam kerja kantoran menurut saya sama saja dengan sistem bermusik.........pada prinsipnya sama2 menciptakan sebuah "karya" dan menghasilkan "sesuatu". hidup itu pilihan dan hanya kitalah yang menentukan tujuan hidup ini...orang lain bukanlah penentunya. Bertanyalah kedalam hati........apakah tujuan dari hidup ku ini, jangan pernah ragu untuk menentukan jalan hidup mu.....JALANI DENGAN PASTI. umur hanyalah batasan dalam hidup ini, jangan pernah takut akan "kedatangannya" karena itu adalah sesuatu yang sudah pasti.

sukses untuk respito dengan segala bentuk totalitasnya, gw kenal mereka layaknya gw kenal diri gw sendiri.........

salam,
Charlie
Seseorang yang berkeinginan untuk menjadi orang No. 1 di INDONESIA dan menjadikan INDONESIA menjadi negara No.1 Di DUNIA.